Dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19, Polsek Pangkalan Lesung pantau petugas yang melakukan kegiatan di pos Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM

Artikel ini pernah dipublikasikan pada Riaumagazine Versi pada 29 Maret 2012SENDRATASIK LANCANG KUNING - Dari segi definisi budaya cultural definition melayu itu merangkumi seluruh penduduk pribumi nusantara, yaitu penduduk serumpun tidak kira agama bahasa, dan adat istiadat masing-masing yang diikuti oleh masing-masing kelompok serumpun tersebut. Oleh karena berbagai daerah masing-masing kelompok serumpun memiliki atraksi budaya atau seni budaya yang berbeda dan beragam pula yang menggambarkan tingkat peradabannya. Di Propinsi Riau, bahasa yang digunakan oleh orang Melayu Riau sebagai produk peradabannya adalah bahasa Melayu yang juga dijadikan ibu bahasa Indonesia, ini adalah kontribusi terbesar dalam peradaban yang di bangun oleh pribumi di nusantara. Maka banyak sekali karya sastra dan karya seni lainnya yang dimiliki Melayu Riau yang berkembang pesat dan masih asli original, baik yang dikategorikan sebagai seni persembahan maupun sebagai seni LANCANG KUNINGLANCANG KUNING, adalah salah satu dari karya seni persembahan cerita legenda rakyat Melayu Riau yang diangkat dalam sebuah pergelaran kolosal terpadu berupa sendratasik seni drama/teater tari, nyanyi dan musik dibawakan oleh seniman-seniman bintang yang sudah berpengalaman di arahkan oleh sutradara anak jati Melayu Riau alumni IKJ Jakarta. Sendratasik LANCANG KUNING ini telah mendapat pujian dari pengamat seni di Negeri Belanda dan sekaligus mereka meminta untuk menggelar sendratastik LANCANG KUNING ini di lima negara Eropa bulan Mei 2012. Khusus di Negeri Belanda sendratasik LANCANG KUNING akan ditampilkan pada “TONG TONG FAIR 2012” dan FLORIADE 2012 World Horticultural Expo semacam ajang seni dan promosi yang diikuti oleh seluruh negara –negara di Propinsi Riau memiliki visi 2020 yang intinya “Terwujudnya Provinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan Melayu dalam lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan bathin di Asia Tenggara tahun 2020”, maka kesempatan ini merupakan peluang emas untuk memperkenalkan Propinsi Riau dari segi budaya Melayu dan mempromosikan produk-produk unggulan terutama yang dihasilkan oleh usaha kecil menengah UKM baik berupa kerajinan tangan maupun industri rumah. Ajang ini juga bisa dimanfaatkan sebagai pintu informasi untuk menyampaikan perhelatan Pekan Olahraga Nasional PON ke 18 yang diadakan di Riau pada September budaya dan promosi sendratasik LANCANG KUNING dikelola oleh Lembaga Seni Bina Budaya Melayu Pekanbaru bekerja sama dengan CONBE Event Organizer. Produser sendratasik LANCANG KUNING adalah Sanggar Mahligai Theater Riau, yang berkedudukan di Pekanbaru. Delegasi ini juga didukung oleh beberapa peminat seni di Jakarta yang terkait dengan budaya Tulisan Sinopsis Sendratasik Cerita Rakyat Lancang KuningLembaga Seni Bina Budaya Melayu Pekanbaru Carilahsebuah cerita rakyat, lalu tuliskan kembali ke dalam bahasa daerahmu. Pada Pembelajaran 6, kamu akan membacakan tulisanmu ini di depan teman-temanmu. Riau Lancang Kuning, Soleram, Laksmana Raja di Laut. 5. Kepulauan Riau Pak Ngah Belek, Segantang Lada. 6. Jambi Dodoi Si Dodoi, Injit-Injit Semut, Timang-Timang Anakku Sayang. Artikel ini pernah dipublikasikan pada Riaumagazine Versi pada 29 Maret 2012Sinopsis Lancang Kuning ini adalah sinopsis untuk cerita Lancang Kuning yang merupakan cerita rakyat Melayu khususnya Riau yang dibawakan oleh Teater Mahligai. Bulan Mei 2012, Lembaga Adat Melayu Riau Kota Pekanbaru mengadakan pagelaran Sendratasik Lancang Kuning di negeri Belanda dan 5 negara Eropa LANCANG KUNINGLancang kuning berasal dari kata “lancang” perahu kebesaran kerajaan dan "kuning” warna kebesaran kerajaan. Lancang Kuning adalah nama perahu besar kerajaan yang digunakan sebagai kendaraan air oleh raja-raja Melayu Riau. Adapun legenda atau cerita rakyat Lancang Kuning ini diangkat dari nama itu, karena legenda ini menceritakan peristiwa yang terjadi dalam lingkungan hari, Datuk Laksamana pemimpin Bukit Batu Bengkalis di Riau, memanggil dua panglimanya, yaitu Panglima Umar dan Panglima Hasan menghadap ke istana untuk diberi tugas ke Tanjung Jati menumpas perompak atau lanun yang selalu mengganggu kawasan tersebut di Senggoro kawasan mana tempat mata pencarian nelayan Bukit Batu. Dengan ketaatannya, Panglima Umar langsung berangkat melaksanakan tugas ini, meskipun harus meninggalkan istrinya yang cantik bernama Zubaidah. Sementara itu Panglima Hasan tidak ikut berangkat melaksanakan tugas itu, karena ternyata berita adanya perompakan di Tanjung Jati itu hanyalah rekayasa siasat Panglima Hasan sendiri agar Panglima Umar jauh dari isterinya Zubaidah dan Datuk kepergian Panglima Umar, diam-diam Panglima Hasan berusaha merayu Zubaidah agar mengkhianati suaminya dan menjanjikan kehidupan lebih baik, namun Zubaidah bertahan dengan kesetiaan dan marwahnya. Situasi ini membuat hati Panglima Hasan semakin marah dan brutal. Panglima Hasan mencari akal menghabisi Zubaidah. Bertepatan ketika peluncuran Lancang Kuning Kerajaan ke air, tiba-tiba Lancang Kuning berhenti tidak bergerak sama sekali, maka Panglima Hasan memutuskan mengambil Zubaidah sebagai tumbal untuk galangan lancang. Dengan bergalangan tubuh Zubaidah, maka lancang tersebut berhasil diluncurkan ke laut dan Zubaidah pun mengakhiri hidupnya di bawah lama setelah kematian Zubaidah, Panglima Umar yang baru pulang dari Tanjung Jati mendapat fitnah yang dibuat oleh Panglima Hasan sendiri, bahwa Datuk Lasemana lah yang membunuh Zubaidah dengan menjadikan tubuh Zubaidah sebagai tumbal galangan lancang. Hasutan Panglima Hasan ini termakan oleh Panglima Umar dan membuat Panglima Umar menjadi kalap dan amat marah. Tanpa pikir panjang Panglima Umar menyerang Datuk Laksemana. Datuk Laksemana memberi sumpah kepada Panglima Umar, bahwa apabila Panglima Umar melewati Tanjung Jati, akan tenggelam bersama itu barulah Panglima Umar sadar akan fitnah itu, pertikaian dengan Panglima Hasan pun terjadi, dan berakhir dengan kematian Panglima Hasan yang tragis di ujung keris Panglima Umar pun pergi menjalankan kutukan dari Datuk Laksemana, berlayar ke perairan Tanjung Jati dan tenggelam. Sejak saat itu pulau Bengkalis dikenal daerah yang berkembang dibawah kepemimpinan Datuk Lancang Kuning untuk Pagelaran sendratasik Lancang Kuning AKTOR dan AKTRIS / SENIMAN PAMERANSendratasik “Lancang Kuning” dibawakan oleh aktor dan aktris yang sudah berpengalaman di bidang akting. Sebahagian ada yang sudah beberapa kali mengadakan pementasan di manca negara termasuk di Eropa. Demikian pula musisi penyanyi yang mendukungnya terdiri dari para seniman yang karyanya mendapat pujian dari peminat seni Eropa. Itulah sebabnya Sendratasik Lancang Kuning produk Teater Mahligai ini terpilih untuk ditampilkan pada beberapa even di negara-negara Director/Hulu BalangChristina Putri Susanti ZubaidahMonda Gianes Panglima UmarUbaidillah bin Said Umar Datuk LaksemanaGustansyah Panglima HassanMakhzun Hafas Bathin SanggoroSri Deswita Mak Bidan/Make up artistHafizah Askacita Rakyat/make up artistPENDUKUNGRino Deza Pati Composer/MusicianMuhammad Santoso David MusicianViogy Rupiyanto MusicianCendra Putra Yanis MusicianSyahru Ramadhan MusicianAristofani MusicianArdiansyah MusicianIwan Kurniawan MusicianFitrah MusicianMekroza MusicianLoni Jaya Putra MusicianTito Aldila Coreographer/MusicianYunita Hartati binti Nadi Singer/DalangSuhenri Perdana DancerAwal Zumardi DancerWan Harun Ismail DancerRiyo Tulus Pernando DancerYeniati Astuti DancerGemi Marta Jepri DancerHeppy Fitriana DancerFanny Fifiyanti DancerDevienta Roza DancerFahrizal Artistik/RakyatIndra Kumala Dokumentasi/officialLeonasri Official/CrewYulli Sullianti Costum/RakyatPENANGGUNG JAWAB Lembaga Adat Melayu Riau Kota PekanbaruSINOPSIS LANCANG KUNINGSumber Tulisan Lembaga Adat Melayu Riau Kota Pekanbaru
21cerita bumi lancang kuning oleh: Sri Sabakti Terbitan: (2010) Lancang Kuning oleh: SRI MUDA, Hasyim Terbitan: (1982) Lancang kuning oleh: Kurniasih, Rini Terbitan: (2004)
Pekanbaru - Lancang Kuning berlayar malam. Haluan menuju ke lautan dalam. Kalau nahkoda kuranglah paham. Alamat kapal akan tenggelam. Lancang kuning menentang badai. Tali kemudi berpilit tiga. Pantun tersebut sangat populer di Riau, khususnya masyarakat Melayu. Filosofi dari baitnya mengisahkan bagaimana pemimpin nakhoda mengarungi lautan agar kapal lancang yang digambarkan sebagai pemerintahan tak karam. Menhub Ungkap Perintah Jokowi soal Angkutan Umum di Riau, Apa Itu? Mengenal Sosok Putri Ariani, Penyanyi Tunanetra 17 Tahun Asal Riau yang Hebohkan Dunia dengan Aksinya di America's Got Talent 2023 Kisruh Setoran Rp650 Juta Brimob Polda Riau, Polri Kalau Ada, Berhadapan dengan Hukum Hingga kini tak diketahui pencipta pantun itu. Namun, Lancang Kuning tetap abadi karena disematkan sebagai sebutan untuk Riau. Begitu mendengar kata Lancang Kuning orang tertuju ke daerah yang berada di timur Pulau Sumatra itu. Tak diketahui pasti sejak kapan Riau disebut sebagai negeri atau bumi Lancang Kuning. Tak disebut pula siapa orang pertama yang memberi gelar ke daerah yang dulunya ada kerajaan Melayu penguasa Selat Malaka ini. Mendiang budayawan Riau, Tenas Effendy, dalam sebuah tulisannya berjudul Lancang Kuning pernah menyinggung kenapa Riau diberi gelar dengan sebutan itu. Dia menyebut sebutan ini sebagai tanda kegemilangan Riau sebagai daerah. Menurut Tenas, Lancang berarti kapal besar yang biasa digunakan raja-raja mengarungi lautan. Kapal ini juga tanda komando armada perang di lautan yang dikendalikan laksamana ataupun raja. Sementara Kuning sendiri merupakan warna kebesaran dalam tradisi Melayu. Kuning selalu ditemukan dalam berbagai upacara, pakaian, riasan dan baju kebesaran petinggi adat, meski dipadu dengan warna lain. Lancang atau kapal sangat akrab dengan masyarakat rumpun Melayu. Dengan ragam kerajaannya, misalnya Lingga di Kepulauan Riau atau Siak serta Indragiri di Riau, rumpun Melayu membentang dari laut China hingga Selat Malaka. Lancang ini disebut sebagai pemersatu antar pulau-pulau dalam bentangan rumpun Melayu. Lancang juga mempermudah raja berpindah ke suatu daerah yang menjadi kekuasaannya. Dengan demikian, Lancang Kuning menandakan Riau sebagai kerajaan Melayu sangat mengusai maritim. Di sisi lain, Lancang Kuning juga menggambarkan kejelian pemimpin dalam memerintah daerah. Makanya dalam pantun itu ada kalimat "berlayar malam, kalau nahkoda kuranglah paham, alamat kapal akan tenggelam". Berlayar pada malam hari tentu saja berbeda dengan siang. Nahkoda pada siang hari berpedoman pada matahari sehingga semua orang bisa melakukannya. Berbeda dengan malam karena nakhoda harus paham arah angin dan membaca bintang. Tidak semua orang bisa membaca bintang. Makanya diperlukan nakhoda lihai untuk membawa kapal besar dalam sebuah lautan yang luas atau pemimpin bijaksana menjalankan pemerintah. Dengan demikian, pemimpin yang paham tentang seluk beluk daerah menjadi syarat mutlak bagi Riau. Berikutnya, sebuah kapal dalam berlayar pasti bertemu badai. Makanya ada kalimat "Lancang kuning menentang badai, tali kemudi berpilit tiga". Kalimat tersebut saling berkaitan. Di mana ada masalah, di situ pula ada cara seorang pemimpin menyelesaikan. Apakah dengan sesuka hati atau melibatkan unsur lain berpilit tiga. Dalam berbagai literatur, pilit tiga dalam Melayu terdiri dari tiga unsur, yaitu umara cerdik pandai atau bisa saja perdana menteri, tetua adat dan terakhir ulama atau orang paham agama. Karena Melayu sarat dengan nilai-nilai Islam, posisi ulama menempati posisi paling atas. Ketiga unsur itu menjadi syarat bagi raja dalam mengambil keputusan ketika menghadapi permasalahan. Pertimbangan ketiga unsur ini kemudian menjadi konstitusi. Menjadi aturan bagi raja dalam menjalankan pemerintahan agar tidak melenceng dan berakibat merugikan rakyat. Makanya dalam pantun yang kemudian digubah menjadi lagu itu, ditambahkan bait "selamatlah kapal menuju pantai, pelautlah pulang dengan gembira".
cerita rakyat riau lancang kuning
Amymastura binti suhaimi - wikipedia bahasa melayu, Amy mastura binti suhaimi (nama komersial: amy mastura ; lahir pada 10 mei 1971 di hospital batu gajah, perak , malaysia) merupakan seorang aktres, pelawak , komposer. Ambooyats@blog, Blog hiburan artis malaysia, informasi terkini, isu semasa, cerita pelik, pendidikan, koleksi resepi dan
Cerita si lancang ©AdiCita Zaman dahulu kala di daerah kampar yang kini disebut Riau, hiduplah seorang janda miskin bersama seorang anaknya yang bernama si Lancing kuning. Dongeng si lancang sebagai berikut, kehidupan mereka cukup susah karena hanya bekerja sebagai buruh tani, sehingga sering kekurangan. Hal tersebut membuat si Lancang bercita-cita ingin menjadi orang kaya ketika besar nanti. Waktupun berlalu, kini si Lancang sudah mulai tumbuh dan menjadi seorang pemuda belasan tahun. Dia meminta izin pada ibunya untuk pergi merantau, mencari kehidupan yang lebih layak. Dengan berat hati, ibunya meleps kepergian si lancang. Akhirnya si lancing pergi ke negeri seberang dengan menumpang kapal para pedagang. Di negeri seberang, si lancing bekerja serabutan. Dia sangat rajin hingga saudagar yang menjadi tuanya sangat simpati padanya. Lambat laun, akhirnya si Lancang di nikahkan dengan salah seorang puteri saudagar itu. Tentu saja hal tersebut membuat derajat dan kehidupan si lancing menjadi terangkat. Kini si lancing sudah masuk dalam kategori orang kaya. Usaha mertuanya kini dia yang menjalankan. Karena kerajinan dan keuletanya, usaha perdagangan yang dikelolanya kini berkembang pesat. Dan ketika mertuanya meninggal, dialah yang mewarisi sebagaian besar harta itu. Bertahun-tahun berlalu, kini si lancing menjadi suadagar yang cukup dikenal yang memiliki banyak kapal. Dia memiliki 7 orang isteri yang cantik-cantik. Hartanya melimpah, dan memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat. Ternyata, harta dan kedudukan yang dimiliki membuat si Lancang lupa pada ibunya yang menungu di kampong halaman. Dia sudah lupa asal usulnya, dia sudah lupa bahwa dia masih memiliki seorang ibu yang hidup terlunta-lunta dan miskin. Hingga pada suatu hari ketika dia berlayar bersama 7 isterinya, kapal yang dia tumpangi singgah di daerah Kampar, yang tak lain adalah kampung halamanya. Banyak sekali penduduk yang dating untuk melihat kapal-kapal megah yang singgah di dermaga, tak terkecuali ibu si Lancang. Melihat si lancing yang berdiri di geladak kapal, ibunya menjadi sangat gembira. Karena kini impian si lancing menjadi orang kaya sudah terkabul. Dan dia mengira si Lancang pulang untuk menemuinya. Langsung saja dia berlari naik ke geladak kapal dan langsung memeluk si Lancang. Si Lancang yang terkejut langsung menghempaskan wanita tua itu, namun dia tambah kaget ketika dia sadar bahwa wanita dengan pakaian compang-camping yang baru saja dia hempaskan adalah ibunya. Karena malu pada 7 isterinya jika sampai tahu itu adalah ibunya, dia langsung menyuruh kelasi kapal untuk menyeret wanita tua itu keluar dari kapalnya. “ Kelasi.. bawa wanita tua ini pergi.. Aku tak mau kapal mewah ku dikotori oleh pengemis.. Aku tak kenal pengemis hina seperti dia”. Kata si Lancang. Mdndapat perlakuan buruk dari anak semata wayangnya, membuat wanita tua itu sakit hati. Sesampainya di rumah, dia mengambil Pusakanya yang berupa sebuah nyiur dan lesung penumbuk padi. Dia berdoa kepada yang maha kuasa, agar mau menghukum anak durhaka itu sambil memutar-mutar pusaka milinya. Do’anya terkabul. Tiba-tiba langit menjadi gelap, hujan lebat disertai badai turun. Petir dan Guntur saling bersautan. Kapal-kapal si Lancang diterjang badai hingga terbang berhamburan. Muatan kapal yang berupa kan sutera melayang-layang dan jatuh di daerah yang kini disebut Negeri Lipat Kain. Gongnya terbang dan terlempar di kawasan Kampar Kanan dan jatuh disebuah sungai yang kini dinamakan Sungai Gong. Tembikarnya terbang dan jatuh di daerah yang kini bernama Pasubilah. Dan tiang bendera kapal terbang dan jatuh disebuah danau, yang hingga kini ceritanya dinamakan Danau si Lancang.

LirikLagu Melayu Hang Tuah. tamadun melayu adat budaya resam riau indonesia -. Joget tari lenggang - wikipedia bahasa melayu, "joget tari lenggang", juga dikenali sebagai "joget pahang", ialah sebuah lagu rakyat tradisional gubahan tan sri p. ramlee , khusus untuk filem hang tuah (1956) yang. seniman agung & bintang legenda filem

Dongeng cerita rakyat Riau yang kami ceritakan kali ini agak mirip dengan cerita rakyat Sumatera Barat yaitu cerita Malin Kundang. Bagi adik-adik yang pernah membaca dongeng Malin Kundang pasti akan tahu kemiripan kedua legenda rakyat ini. Selamat membaca. Pada zaman dahulu, di daerah Kampar, hiduplah Si Lancang dengan ibunya. Mereka sehari-hari hidup prihatin mengandalkan penghasilan yang minim sebagai buruh tani. Keadaan ini membuat Si Lancang berpikir untuk memperbaiki nasib dengan pergi merantau. Pada suatu hari, Si Lancang berangkat ke negeri orang. Diceritakan, Si Lancang bekerja keras bertahun-tahun lamanya. Segala perjuangannya tidak sia-sia, ia berhasil menggapai cita-citanya menjadi orang kaya. Ia menjadi saudagar yang memiliki berpuluh-puluh kapal dagang. Akan tetapi, ia lupa pada ibunya dan segala janji manisnya dahulu. Pada suatu hari, Si Lancang singgah di Kampar. Berita kedatangan Si Lancang terdengar oleh ibunya. Ia mengira bahwa Si Lancang pulang untuk dirinya. Dengan memberanikan diri, ia naik ke geladak kapal mewah Si Lancang. Si ibu langsung menghampiri Si Lancang dan ketujuh istrinya. Betapa terkejutnya Si Lancang ketika menyaksikan bahwa perempuan berpakaian compang camping itu adalah ibunya. Akan tetapi, harapan ibu Si Lancang hanya tinggal harapan. Rasa malu dan marah pun tak dapat ia tahan. Ibunya segera menghampirinya. “Engkau Lancang, Anakku! Oh… betapa rindunya hati emak padamu.” Mendengar sapaan itu, si Lancang begitu tega menepis pengakuan ibunya sambil berteriak. “Mana mungkin aku mempunyai ibu perempuan miskin seperti kamu. Kelasi! usir perempuan gila ini!” Dengan perasaan hancur, ibunya pergi meninggalkan semua angan-angan tentang anaknya. Luka hati seperti disayat sembilu. Setibanya di rumah, hilang sudah akal sehatnya dan kasih sayangnya karena perlakuan buruk yang diterimanya. Ia mengambil pusaka yang dimilikinya berupa lesung penumbuk padi dan sebuah nyiru. Diputarnya lesung itu dan dikibas-kibaskan nyiru itu sambil berkata, “Ya Tuhanku… hukumlah si anak durhaka itu.” Dongeng Cerita Rakyat Riau Tidak perlu waktu lama, Tuhan mengabulkan permintaan ibu tua renta itu. Dalam sekejap, turunlah badai topan. Badai tersebut meluluh lantakkan kapal-kapal dagang milik Si Lancang dan harta benda miliknya. Menurut cerita rakyat setempat, kain sutranya melayang-layang dan jatuh menjadi negeri Lipat Kain yang terletak di Kampar Kiri. Gongnya terlempar ke Kampar Kanan dan menjadi Sungai Ogong. Tembikarnya melayang menjadi Pasubilah, sedangkan tiang bendera kapal si Lancang terlempar hingga sampai di sebuah danau yang diberi nama Danau Si Lancang. Hingga sekarang, nama nama tempat itu masih ada dan dapat kita disaksikan. Pesan moral dari Dongeng Cerita Rakyat Riau Kisah Si Lancang adalah hendaknya kita menjadi anak yang berbakti kepada orangtua, terutama kepada ibu, karena itu adalah kewajiban kita dan pasti akan mendapat pahala. Sebaliknya, menjadi anak durhaka akan membawa malapetaka. Navigasi pos Carilahsebuah cerita rakyat, lalu tuliskan kembali ke dalam bahasa daerahmu. Pada Pembelajaran 6, kamu akan membacakan tulisanmu ini di depan temantemanmu. Ayo Renungkan Riau Lancang Kuning, Soleram, Laksmana Raja di Laut. 5. Kepulauan Riau Pak Ngah Belek, Segantang Lada. 6. Jambi Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pernah mendengar lagu "Lancang Kuning"? Lagu ini diambil dari sebuah cerita rakyat yang berasal dari tanah melayu, Riau tempat saya dilahirkan, yang sekarang banyak disebut orang sebagai "Bumi Lancang Kuning".Lagu "Lancang Kuning" diciptakan oleh Sulaiman Sjafe'i dan dinyanyikan oleh Eddy Silitonga. Lagu ini sering dinyanyikan dalam prosesi pentahbisan pemimpin di Riau. Kalimat-kalimat utama dalam lagu "Lancang Kuning" adalah sebagai berikut. Lancang kuning, lancang kuning belayar menuju, haluan menuju ke laut nakhoda, kalau nakhoda kuranglah kapal, alamatlah kapal akan kuning, lancang kuning menentang kemudi, tali kemudi berpilit "Lancang Kuning" memang sangat populer di Riau. Jika ingin menyebut lagu daerah yang mencari ciri khas Riau, tentulah orang-orang akan merujuk pada lagu "Lancang Kuning". Lagu "Lancang Kuning" sebenarnya berkisah tentang sorang pemimpin, yang digambarkan sebagai seorang nahkoda "lancang", istilah kapal dalam bahasa melayu, yang menggambarkan sebuah negeri atau pemerintahan.Alm Tenas Effendy, seorang budayawan asal Riau dalam sebuah tulisannya pernah menyinggung mengapa Riau disebut dengan istilah "bumi Lancang Kuning".Menurutnya, "Lancang" adakah sebuah kapal besar yang biasa digunakan raja-raja mengarungi lautan luas dan merupakan tanda komando armada perang di lautan yang dikendalikan oleh seorang laksamana atau raja. 1 2 3 Lihat Kebijakan Selengkapnya qH9Olko.
  • c0y5ukupyg.pages.dev/34
  • c0y5ukupyg.pages.dev/372
  • c0y5ukupyg.pages.dev/117
  • c0y5ukupyg.pages.dev/142
  • c0y5ukupyg.pages.dev/6
  • c0y5ukupyg.pages.dev/68
  • c0y5ukupyg.pages.dev/49
  • c0y5ukupyg.pages.dev/306
  • cerita rakyat riau lancang kuning